Teori Mimesis dan Teori Significant Form

Nama: Najwa Fadiah

NPM: 202246500711

Kelas: R3J

Mata Kuliah: Filsafat Seni

Dosen: Dr. Sn. Angga Kusuma Dawami M. Sn. 

Analisis Tiga Karya Menggunakan Teori Mimesis dan Teori Significant For

1. Taking a Break

by Tracy Miller.

Karya Taking a Break, karya yang memvisualisasikan beruang dengan kombinasi warna-warna yang cerah, juga dengan gaya visual yang menarik. Seniman ini mencoba menggambarkan  beruang yang terdiam seperti sedang beristirahat dan juga terlihat kesepian tetapi sang seniman berusaha agar tidak terlihat sangat menyedihkan dengan cara menggunakan warna-warna yang cerah.

Dengan Teori Mimesis versi Plato karya ini tidak bisa dikatakan sebagai seni, karena menurut teorinya suatu karya bisa dikatakan sebagai karya seni apabila seniman menciptakan karya yang memiliki kemiripan yang sangat detail dengan aslinya (imitasi). Sedangkan karya ini tidak terlihat realis atau sama persis dengan hewan beruang.

Kemudian karya ini pun terdapat pada teori Significant Form, yang dimana emosi estetis timbul saat melihat karya ini. Pada saat melihat karya ini timbul seakan-akan merasakan lelah dengan semuanya dan juga merasa hampa, yang dilihat dari segi raut wajah.

2. Angry Mandrill
.

Karya berbentuk fantasi ini menggambarkan seekor monyet jenis Mandrill yang terlihat juga seperti manusia. Karya ini menggambarkan jiwa marah atau emosi yang dapat dilihat dari eksprsinya. 

Menurut Teori Significant Form karya ini mengandung wujud signifikan berupa emosi estetis, yaitu munculnya rasa emosional yang dialami sang pengamat karya.  

Dilihat dari Teori Mimesis sang seniman menciptakan karyanya dengan sebuah imajinasi. Lalu di presentasikannya dari karya yang dilandasi dengan hal nyata terdapat pada penggambaran seekor monyet dan wajah manusia dengan bentuk abstraknya. Dan terdapat penggambaran ekspresi marah dari karya ini.  Karya seni ini masuk dalam definisi seni menurut Aristoteles, karena sang seniman menciptakan karya dari imajinasinya tetapi juga menggambarkan kehidupan sosial. 

3. Businessman Plugging His Ears


by CSA Images.

Karya ini menggambarkan seorang pria yang sedang menutup telinga. Karya ini memvisualisasikan seorang pebisnis pria yang terlihat sombong dan merasa tidak peduli dengan omongan orang lain atau merasa tidak peduli pendapat orang lain. Dilihat dari ekspresi wajahnya menggambarkan ekspresi tidak suka atau terlihat sinis.

Secara Teori Mimesis versi Aristoteles sang seniman ini menghasilkan sebuah karya seorang pebisnis pria yang menutup telinganya yang dimana karya ini bisa dikatakan sebagai karya seni karena sang seniman telah merepresentasikan pengalaman melalui karyanya.

Kemudian pada karya ini terdapat bentuk Significant Form, yang dimana karya tersebut terdiri dari warna-warna pada objek manusia yang dibuat abstrak Pada karya "Businessman Plugging His Ears" terdapat unsur titik, garis dan bidang, serta pada karya ini menimbulkan emosi estetis berupa Empatis.


Tabel Perbedaan


Kesimpulan

Terdapat beberapa teori mengenai seni, dan definisi seni berbeda–beda menurut pemahamannya masing-masing. Menurut Plato, seni adalah imitasi. Seni hanya bisa meniru dan membayangkan hal-hal yang ada dalam realitas kasat mata. Dan hal-hal yang muncul sebelumnya diciptakan oleh orang-orang yang membayangkan atau meniru apa yang ada di “dunia ideal”. Hasil hipotesis tersebut kemudian dijadikan benda seni yang ditiru oleh manusia. Meski Plato cenderung meremehkan karya seni sebagai tiruan belaka, namun ia berpendapat ada keterkaitan antara karya seni dan masyarakat (realitas).Apa yang digambarkan dalam karya seni serupa dengan apa yang terjadi di masyarakat.Menurut 


Aristoteles, seni adalah hasil representasi kehidupan masyarakat, yang tidak selalu menyerupai kehidupan nyata masyarakat. Artinya seniman dapat berimajinasi atas karya yang diciptakannya dan berkreasi tanpa bergantung pada bentuk/keadaan sebenarnya, sehingga menimbulkan suasana atau situasi baru yang belum pernah ada sebelumnya. Dengan cara ini karya tersebut masih dapat diartikan sebagai seni.


Menurut Clive Bell, seni harus dimotivasi oleh emosi estetis yang ditimbulkan oleh penonton/pengamat karya tersebut.Dan emosi ini disebut bentuk bermakna. Tanpa emosi estetis, suatu karya tidak dapat disebut sebagai karya seni.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Perjalanan Estetis, Filsafat Seni

Mencari Referensi-Referensi Yang Relevan